GETAS KALORAN, MINIATUR KEBERAGAMAN INDONESIA

Oleh: Dr. Husna Nashihin, M.Pd.I.
Dosen Pasca Sarjana INISNU Temanggung

Indonesia kaya akan keberagaman suku, agama, dan budaya. Keberagaman ini bisa jadi kelebihan, bisa juga kelemahan tergantung sudut pandang yang digunakan. Lebih parahnya, keberagaman ini bisa juga menjadi senjata makan tuan yang berujung pada negara Republik Indonesia yang kita cintai ini porak-poranda. Banyak potret keberagaman di Indonesia, salah satunya Kecamatan Kaloran Temanggung. Kaloran adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Bahkan, ternyata Kaloran juga terkenal sebagai “miniatur keberagaman Indonesia”. Bagaimana tidak, Kaloran sebagai sebuah kecamatan memiliki berbagai macam agama dan kepercayaan lengkap yang hidup berdampingan dalam skala lokasi yang kecil seluas 6.392 hektar dengan 14 desa. Bahkan, Desa Getas di Kaloran memiliki 33 tempat ibadah dari 3 macam agama yang berbeda dengan 4.995 jumlah penduduknya. Tempat ibadah yang berdekatan sudah menjadi pemandangan yang biasa di desa ini. Fenomena ini, lantas menimbulkan pertanyaan, bagaimana pemeliharaan toleransi yang begitu apik yang dilakukan masyarakat ini ditengah tingginya pluralitas pada komunitas yang sangat kecil? Inilah yang menjadi menarik untuk didalami secara serius.
Getas, Kaloran terkenal juga dengan sebutan “negeri diatas awan” karena letaknya di pegunungan yang sering berkabut tebal. Sebagian besar penduduknya beragama Budha memiliki 9 masjid, 6 musala, 7 gereja, dan 11 wihara. Keragaman Getas, Kaloran sangat terasa, namun tidak sampai menimbulkan gesekan antar umat beragama. Lantas, dengan diversifikasi agama dan tempat ibadah, bagaimana mungkin komunitas kecil seperti ini bisa mempertahankan kerukunan umat bergamanya selama ini? Apa saja kegiatan antar umat beragama yang dilaksanakan di Getas, Kaloran?
Praktik baik toleransi beragama, bahkan tolong menolong antar umat beragama salah satunya terjadi di Dusun Nglarangan. Warga muslim di dusun ini bergotong royong membantu pemugaran Wihara Dhamma Gayasih yang terletak 10 meter dari Masjid Nglarangan. Menurut pemaparan Dwiyanto, warga setempat, saling bergotong royong pendirian atau pemugaran tempat ibadah antar umat beda agama sudah menjadi hal biasa.
Praktik baik masyarakat Getas, Kaloran bisa disimpulkan merupakan praktik baik moderasi beragama yang sarat dengan muatan strategi moderasi beragama. Minimal ada 10 strategi pendidikan moderasi beragama yang dilakukan oleh masyarakat Getas, Kaloran, yaitu strategi pendidikan dan kesadaran interkultural, dialog antar umat beragama, program relawan antar agama, kegiatan budaya bersama, pemeliharaan tempat ibadah bersama, pendidikan toleransi di sekolah, kolaborasi agama dalam kegiatan sosial, media sosial edukatif, mengenalkan ritual dan tradisi, serta penguatan peran pemimpin agama. Sinergi antara masyarakat, pemuka agama, pemerintah setempat, dan lembaga pendidikan terus dipertahankan dalam memelihara praktik baik moderasi beragama di Getas, Kaloran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *